Tentang Menolak

Ceritanya, tadi malam saya lagi nemenin Dd ngerjain PR. Lagi pelajaran Bahasa Indonesia, membuat kalimat penolakan. Tadinya saya lepas itu Dd ngarang kalimat penolakan sambil scrolling2 lapak belanja online. Tapi sekian nomor denger Dd bikin kalimat, kok tergelitik juga, karena selalu diawali dengan kata “Maaf, …”

Akhirnya saya cek hasil kerjanya Dd. Dan bener aja, setiap kalimat selalu polanya sama.

Lalu saya cek materinya. Ternyata memang diajarin polanya, bahwa kalimat penolakan yang sopan selalu diawali “Maaf”.

Ketrigger lah saya.

Apalagi soalnya tuh beragam, dari menolak tawaran yang “baik” sampai menolak diajak ikut hal ga bener. Misal, contoh penolakan saat diajak mengerjakan tugas bersama sampai menolak diajak membolos. Yang menolak diajak ngerjain tugas bareng, okelah pake “maaf”. Nah yang nolak diajak bolos? Ngapain pake “maaf”? Kan yang ngajak yang ngaco, dan yang diajak ga salah apa2, kenapa harus minta maaf?

Meskipun akhirnya si Babah bisa menemukan kalimat yang lebih netral, tapi saya jadi lebih pengen ngajarin soal self respect dan boundaries juga ke si Dd.

Btw, Babahnya ngajarin gini: Maaf, itu hal yang tidak baik.

Sementara Bubunya ngegas bilang gini: Enak aja, sekolah udah bayar mahal masa ditinggal, rugi!

Wkwkwk, Dd tau saya sambil becanda ya itu gaes, jadi dia ketawa2 aja dengernya..

Trus misal untuk nolak tawaran yang baik atau netral, misal diajak ngerjain tugas bareng, Babah ngajarin gini: Maaf, saya sudah mengerjakan/ Maaf, saya nanti akan (sedang mengerjakan hal lain).

Sementara Bubunya pengen banget bilang: Yah, sayang sekali, saya ada agenda/ kegiatan lain.

Trus saya keinget dong, kalo di bahasa Inggris, ekspresi untuk menolak kan ga cuma “sorry”, tapi juga ada “ah, too bad I can’t”, “actually, I’d love to, but …” dan itu bisa dialihbahasakan loh. “Ah, sayang sekali saya ga bisa”, “sebenarnya saya ingin, tapi …” dan itu juga basa-basi yang masih sopan, loh.

Atau, bisa coba ubah mindsetnya, tidak dengan “maaf”, melainkan “terima kasih”.

“terima kasih tawarannya, tapi tidak bisa…”, “terima kasih sudah mengajak, tapi …”

Kenapa harus minta maaf saat kamu ga salah?

Kenapa harus menempatkan diri di posisi yang lebih “rendah” hanya karena menolak tawaran?

Kenapa seolah salah padahal hanya mengikuti nilai yang kita anut dan kita yakini kebenarannya?

Iya, itu sopan santun, tapi bisa kan, sopan dan tetap menjaga diri setara dengan lawan bicara?

Masih pada inget dengan mpok yang ini kan pasti..

ratu minta maaf

Ya akhirnya saya tetap biarkan Dd menulis kalimat dengan template seperti di buku sih.

Cuma saya tetap tanamkan ke dia, bahwa di kehidupan nyata, gapapa loh pakai kata dan kalimat lain untuk menolak sesuatu. Pinter2 menyesuaikan saja dengan jenis tawaran/ ajakannya. Kalau itu sesuatu yang baik, gapapa dihiasi dengan basa-basi dan sopan santun misal “maaf, sayang sekali, terima kasih atas tawaran/ ajakannya”.

Tapi kalau itu sesuatu yang tidak baik, maka jadi tegas dan pasti saja. Tidak usah kasih celah keragu-raguan dalam kalimat. Kesopanan cukup dengan gesture dan bahasa tubuh. Katakan “ga, makasih” lalu senyum sopan. Selesai.

Pagi-pagi ngegas,

Ast

Iklan

cookies

Last night, my coworker asked me if I would make cookies for Eid Al Fitr this year. So I answered firmly, nah, thanks. I will buy it for the sake of my time and saving my energy.

It turned out that she’s going to make cookies by herself, wkwk. I had my apologies for her before, I didn’t want my laziness turned her down. I’ve made cookies since I was 11-12 years old, so I really know how big the effort is, well maybe it’s not for everyone but especially for me.

Remembering those memories, when my mother asked us her girls (me and my sister) to accompany her making cookies. I don’t really remember what kind of cookies we made at first, but the most kind I am sure that it was nastar. A tiny basket nastar with pineapple jam in it.

We made the pineapple jam ourselves, btw. Mom picked some pineapple, crushed it, and had it cooked with sugar and cinnamons. Oh, the smell in our home when it’s cooked. So thick, sweet, and yummy like a honey. But you know whose hand being sore after stirring them up for hours? Yep, ours, the girls, wkwk.

Not only stirring the jam for hours to make it thick, browny, and pretty, we also work for making the basket form. We mix the ingredients, make it to be a dough, make the dough as a tiny ball and put them into the mold, make a hollow to be filled with jam, and make the basket handle. Twisting the dough into small long tube form, cutting it short, and stick it with the basket. Last, give the touch of yolk so it will be shiny after being baked.

Not so hard, huh? Sure, but make it not one, not two, but dozens. And not just for one time, but many times in a month (it was a long holiday during ramadhan if I’m not mistaken). But surely, it was a good memories. Sweet to remember, not to be done anymore, wkwkwk.

So I make Eid cake not for that year only. It continues in a few years later. The last time I remember making those cookies was when I was in the first year of college. It takes me 6-7 years to get bored, finally. I remember serving the cookies I made (not only nastars, but also other cookies like coconut cookies, peanut cookies, kaastangels, etc) to my crush at that time and proudly said that I made it by myself, wkwkwk (younger me still needs validation from special person, I guess. Now? Still the same XD except the special person is now fixed).

So, for now, I give the terms to consider making those cookies. If only I got my time, my precious long holiday before Eid, which I’m sure it won’t happen this year, may be, just may be, I will re-think about making them.

This is for now. What about next year? The years after? I don’t know. May be I’ll find my passion in cooking and baking again, we’ll never know. Even may be this weekend I’m moved suddenly to make one, who knows. But, naah… I’m good.

So, lemme know if you will open order for cookies this Eid? I’ll gladly know ❤

Stay sweet ❤

Ast.

P.S. pictures in this post are not mine. if you think that they are yours and don’t want me to use it, please let me know and I will remove it for you.

Tentang Kucing

Boleh percaya boleh tidak, tapi pageviews blog ini terbanyak adalah dari para pecinta kucing. Saya ga “ngiklanin” lah ya istilahnya, tapi sepertinya hasil dari mesin pecari dengan keyword tertentu mengarahkan ke blog ini. Terima kasih, cat lovers. Saya jadi agak semangat nulis kalau merasa tulisan saya bisa bermanfaat, wkwk..

Sedihnya, yang ini beneran sedih banget saya nulisnya, yaitu, kucing kesayangan sebagai sumber inspirasi saya nulis di sini, si ganteng dan preman jagoan Alfa, sudah 2 bulan ini hilang, hiks hiks… 😥

Kenapa baru saya tulis sekarang? Kenapa ga dari dua bulan lalu pas kejadiannya?

Karena saya masih denial selama ini.

Karena saya masih berharap dia sekedar main berkelana trus akhirnya pulang sendiri. Meskipun saya udah bikin poster kucing hilang dan saya post ke macam2 forum pecinta kucing ya, sempat ada info juga yang saya tindaklanjuti, tetapi sampai sekarang hasilnya masih nihil. Alfa beneran lenyap ga ngerti juntrungannya.

Kenapa bisa ilang?

Jadi, sebelumnya, kami tinggal di daerah Jakarta Timur. Di sana, Alfa beneran dilepas ga dipakein kalung, pagi dia main, maghrib pulang dan malam dia di dalam rumah, tidur di kamar bareng kami. Secara kehidupan sosial kucing, dia sangat bebas, jadi jagoan kampung, suka ngejar2 dan ngusir kucing kampung yang merambah wilayahnya. Lalu kami pindah rumah ke Jakarta Pusat. Di lingkungan baru, ada pagar cluster, tetapi Alfa tidak kami lepas, melainkan kami pasang harness di kaki depannya saat pagi-sore. Malam, kami masukkan dia ke kamar kecil tanpa harness. Kenapa tidak dilepas? Karena beda lingkungan, saya kuatir Alfa merusak tanaman orang, pup/ pip sembarangan nandain wilayah. Atau ya simply berantem dengan suara berisik khas kucing, ngaung2 gimana sih.

Pernah, suatu hari saat saya sedang sakit, Alfa lepas dari harnessnya, dan ya semangat ngejar kucing kampung keluar pagar cluster. Tapi subuh2 jam 4 pagi dia pulang sendiri ke rumah. Jadi ya, saya rasa dia sudah mengenali mana rumahnya, dan dia walaupun main akan tetap pulang. Tapi malam itu, saat kami sekeluarga sedang makan malam, tiba2 Luna mengeong kencang dari kandangnya. Tapi tidak langsung kami datangi karena kan masih makan. Selesai makan, baru ditengok. Eh ternyata Alfa lepas dan harnessnya udah rusak (Alfa kuat banget emang kalau niat lepas dari harness, bisa rusak itu kaitannya dipaksa sama dia). Langsung dicari keluar cluster bahkan sampai disusuri ke selokan2, ga ketemu juga.

Pencarian sampai jam setengah 10 malam, musti distop karna besoknya kerja. Masih sambil berharap dia besok akan pulang sendiri seperti sebelumnya. Besok pagi, nihil. Selama ngantor juga masih berusaha menyuntikkan harapan bahwa Alfa bakal balik. Pulang kantor sore, masih nihil. Besoknya pas wiken, Sabtu, disusuri lagi itu jalanan sesiangan, nanya2 ke satpam juga, tapi ga ada hasil sama sekali. Di sini juga ada kucing yang dilepas, jadi harusnya orang2 udah biasa liat kucing persia berkeliaran tuh.

Tapi ya gitu. Sampai saya inisiatif bikin poster kucing hilang. Post di grup2 di fb. Sempet ada info ada kucing mirip Alfa di perumahan dekat sekolah X, saya jabanin ke sana walau jaraknya sekitar 1 kiloan dari rumah. Ya siapa tau Alfa beneran lagi melebarkan wilayah, jalan2 sampe sejauh itu. Tapi ya nihil.

Rasanya tuh, gimana ya. Lagi2, kaya ada lubang di hati yang kosong setelah Alfa pergi. Beneran sampai ke mimpi segala, liat Alfa pulang. Pas bangun sadar itu mimpi, rasanya sedih, kosong, hampa, sesak, kuatir, dan kepikiran. Segala rasa nyesel, sayang, kasian, campur aduk. Sampai ke level berandai-andai juga. Andai malam itu kami langsung gercep begitu Luna ngeong2, mungkin masih keburu ngejar Alfa sebelum terlalu jauh keluar. Andai kami memperlakukan dia lebih baik, dia ga akan kabur, dia kan masih sakit dan belum terlalu sembuh.

Tapi lebih sedih karna membayangkan dia diculik sih. Kalau diculik orang yang sayang kucing dan pengen punya kucing persia, ya gimana ya, sedih tapi yaudahlah. Siapa tau Alfa disayang dan dirawat dengan baik. Tapi kalau diculik buat dijual, trus selama masa penjualan dia di kandang ga terurus, kepanasan, kehausan, duh, ga tega banget bayanginnya. Kalau dia main di luar, tidurnya gimana? Dia takut sama orang, sama motor, dulu aja sering ngumpet di selokan dan keluar pas kami pulang aja.

Sedih banget, huhuhuhu….

Dengan nulis ini, saya seperti menghadapi kenyataan bahwa Alfa beneran udah pergi. Ilang dan ga kembali. Minta tolong kucing kmapung buat nyari dan bawa dia balik? Udah. Posting poster dan foto kucing ilang? Udah. Dicari ke mana2 nyusurin jalan? Udah.

Semoga Allah menjaga dia selalu. Mungkin jodohnya bersama kami sudah selesai. Semoga kami bukan termasuk orang2 yang dzalim terhadap binatang. Semoga Alfa hidupnya baik, sehat, dan mudah. Kalau beneran main, mudah2an udah bisa kawin sendiri. Dan suatu saat, pulang lagi ke kami.

Alfa, sehat2 ya kamu nak..

Membaca dengan Let’s Read

Hola!

Memasuki usia 6 tahun, saya mulai lebih peduli dengan mengembangkan kemampuan Dd di bidang bahasa. Kenapa? Karena dia sudah bisa membaca sendiri dalam bahasa Indonesia. Udah punya pondasi yang kuat untuk memperkenalkan bahasa lain, menurut saya. Kenapa ga dua bahasa dari kecil? Padahal banyak anak lain juga udah bisa casciscus lancar dalam bahasa Inggris, bahkan teman sekolah dan kursus Dd pun. Hmm, kenapa ya? Mungkin karena saya cukup santai dan percaya bahwa Dd ga akan mengalami kesulitan berarti, karena bahasa adalah masalah pembiasaan. Jadi ya sudah, sayanya ga ngoyo banget juga.

Kalau selama ini saya cari buku2 cerita dalam bahasa Indonesia, saya mulai cari buku cerita dalam bahasa Inggris. Cuma, ya, kendalanya cuma cari di online shop, ga yakin kalo ga megang fisiknya. Sementara mau ke Gramed*** juga mikir2 karena kan sebisa mungkin #dirumahsaja. Akhirnya malah cuma beli buku latihan dan aktivitas aja, belum kesampean buku ceritanya.

Sampai akhirnya saya nemu postingan tentang Let’s Read ini di IG https://www.instagram.com/letsread.indonesia/

Let’s Read

Karena udah lama ga beli buku cerita, ya pikir saya cobalah buat download dan memperkaya bahan bacaan Dd aja. Gratis pula, kan. Paling kuota internet doang, bukan harga ide cerita, ilustrasi, dllnya. Mikirnya masih bahasa Indonesia aja. Tapi pas liat tutorialnya di youtube, eh, ada berbagai bahasa juga? Hmmm.. cinta banget ga sih…

Setelah instal, saya cobain ke Dd. Terakhir kali, bacaan Dd sebelum tidur variasinya masih di Lima Sekawan Enid Blyton sama cerita nabi, yang serial Cican dan hewan2 udah jarang dibaca sama Dd. Jadi, secara “bobot”, sebenernya emang agak terlalu berat ya buat anak 6 tahun. Nah, begitu baca cerita2 di Let’s Read ini, tiba2 kerasa banget refreshingnya cerita anak2 yang beneran anak2.

Ceritanya sederhana. Sederhana bangeeet, tapi kaya akan kosa kata. Emosinya juga kerasa banget nuansa anak2 yang polos dan ceria. Dd saya bacain jadi sering banget ketawa2 lepas, hanya karena hal kecil seperti gambar ibu naik tangga buat marahin helikopter karna berisik takut bayinya bangun. Dia juga teliti sekali pada hal kecil, seperti tadinya ada 3 anak tikus pergi ke karnaval, tau2 tinggal 2 yang kecil ilang. Ceritanya banyak yang membangun dan akhirnya menegaskan “we are happy“. Dan akhirnya memang sangat menghangatkan hati banget lho, baca cerita anak2 begini.

Saya yang bacain aja jadi kerasa lelah dan kencengnya ilang, apalagi dapat bonus Dd ketawa2 dan nempel sama saya karna pengen liat gambarnya. Beneran udah ga loncat2 lagi dia dibacain cerita. Secara kuantitas juga, bacain cerita sederhana gini cepet selesainya. 1 bab bacain Lima Sekawan bisa buat baca 5 cerita di sini. Dd juga ga mau berhenti2 dibacainnya. Akhirnya, syarat dari saya, dia harus baca sendiri. Jadi sambil dia latian mengeja bahasa Inggrisnya, saya sambil koreksi pelafalannya dan mendorong dia untuk menebak arti katanya terus menyesuaikan dalam kalimat. Kalau saya ga ngerti juga arti katanya, ya kita sama2 buka kamus untuk cari tau apa artinya.

Reading to you kid make the connection stronger, indeed.

Udah nemplok gini, berat tapi seneng, alhamdulillah

Selamat membaca!

Survey SD di Jaktim-Jakpus (Bag. 2)

Halo,

Lanjut dari postingan sebelumnya https://aksarastika.wordpress.com/2020/12/18/survey-sd-di-jaktim-jakpus-bag-1/, serius ini cuma buat nuntasin janji saya aja jadi mohon maaf kalo infonya singkat padat tidak terlalu menyeluruh. Untuk info biaya rata2 saya dapat dari instagram https://www.instagram.com/the_urbanmama/ pilih highlite yang Jaktim ya.

Oke, mulai dari SD yang saya kunjungi lokasinya pertama kali.

  1. Attaqwa

SD Islam Attaqwa ini masuk radar saya sejak 2018 mungkin, karena ada senior saya yang menyekolahkan anaknya di situ. Juga TKnya Dd ngadain seminar dan pembicaranya adalah Kepsek SD Attaqwa ini. Sempat saya dapat infonya juga dari blog orang yang membahas SD Rawamangun 12 (Labschool) dan membandingkan dengan SD ini, tapi saya lupa linknya. Oh iya, agak beda dengan format sebelumnya, kali ini saya mau kasih info umumnya dulu aja kali ya, kalau masalah pro dan kon nya karena sifatnya personal silakan dipertimbangkan sendiri aja.

Akreditasi: A, lulusannya termasuk tertinggi se-Jaktim, cmiiw

Biaya: th 2020, uang pangkal sekaligus utk 6 th sebesar 32 jt, spp 1 jt/ bln. Biaya tahunan sekitar 800-1jt, belum termasuk seragam

Ekskul: renang, beladiri, paduan suara, piano, sepakbola, dsb

Sarpras: kelas ada yang menggunakan AC, ada yang memang sengaja tidak menggunakan AC. masjid, halaman, lapangan futsal, lapangan bulu tangkis, aula.

Fasilitas: antar jemput, katering dg biaya tambahan.

situs: https://www.instagram.com/sdi_attaqwa/

2. Attaubah

Ini adalah SD kedua yang saya cek lokasinya. Dia bersebelahan/ berbalikan dengan SD Don Bosco Pulomas. Yayasannya ada dari TK, SD, sampai SMP.

Akreditasi: A

Biaya: untuk PPDB tahun ini, total sekitar 18jt ++, masih ada uang kegiatan per tahun sekitar 4 jt dan SPP sebesar 1.130

Sarpras: kelas berAC, lapangan untuk olahraga, masjid, kantin.

Fasilitas: saya ga dapet info ttg ada tidaknya jemputan, kayanya sih ga ada. Dan ada kantin, berarti tidak ada katering.

Ekskul: paduan suara, sains. Coba cari di youtubenya SD Attaubah ini, sering masuk ke acara RTV yang sekolahku gitu kayanya.

Situs: https://at-taubah.sch.id/

3. SD Bojana Tirta

Ini adalah salah satu SD Islam baru yang sempat menarik perhatian saya, hanya saja belum sempat saya cek lokasinya. Meskipun SD baru tapi entah kenapa sudah berusaha mengusulkan akreditasi pas saya tanya di 2019. Sekarang sih belum tau hasilnya sudah ada atau belum. Mungkin bisa dicek di ban akreditasi kemarin ya, bisa cek linknya di postingan sebelumnya, hwehehe..

Akreditasi: blm ada info

Biaya: secara umum ada di kisaran 34jt an, belum termasuk diskon. Ada sedikit perbedaan untuk siswa putra dan putri, lebih mahal putri. SPP 1,750an, ga terlalu ingat.

Sarpras: kalau liat di ignya sih bagus ya, mungkin karna sekolah baru juga

Situs: https://bojanatirta-is.co.id/

4. Al Azhar

Di Rawamangun ada SD yang pasti udah terkenal ini dong..

Biaya: uang pangkal 35++, spp 1,5++

Sarpras: kalau liat di situsnya oke deh

Fasilitas: ++++

Situs: http://yapi.sch.id/

5. Lain2

Kenapa saya masukin lain2? Karena belum pernah saya tanya2 secara pribadi, apalagi cek lokasi. Jadi ini just info aja, fyi aja.

Nabawi Islamic School

Biaya 60jt++, situs di https://www.instagram.com/nabawiislamicschool/

SD Islam Tugasku

Biaya 34jt++, situs di http://www.tugasku.sch.id/

SD Tunas Wiratama

TKnya pernah saya posting ya di https://aksarastika.wordpress.com/2019/02/13/review-open-house-tk-tunas-wiratama/

Saya juga baru tau kalau yayasannya akhirnya juga membuka SD. Tapi saya minim banget info tentang SD ini, jadi siapa tau bisa searching sendiri ya

uang pangkal 10jt, biaya tahunan 4,9jt, spp 1jtan. Situs di https://sdtunaswiratama.wordpress.com/

Kayanya udah dulu deh ya, semoga bisa mendapatkan informasi minimalis yang dibutuhkan. Selanjutnya silakan observasi lebih lanjut mana yang kira2 sesuai minat, visi-misi, dan kantong. Beberapa mungkin sudah tutup pendaftaran, beberapa yang lain baru buka, semoga bertemu mana yang berjodoh. Semoga mendapatkan segala kebaikan.

Cao.

(Bukan) 2nd Lead Syndrome

Apaan ini ujug2 nulis ginian, wkwk..

Haloo, udah masuk tahun 2021 aja ya, mari kita awali tahun ini dengan postingan ga serius yang sekedar pengen ngeluarin pikiran yang ga penting2 amat ini.

Jadi, semalam saya ngepost status di WA tentang drakor yang udah saya tonton di 2020. Ga semua yang saya tonton masuk di list, karna ga semuanya released di 2020, ada juga drakor yang saya tonton terbitan tahun lama. Nah, dari sekian banyak list drakor terbit di 2020, ternyata yang saya tonton cuma 8 aja, wkwk.. Nah long story short, buat saya yang paling “memuaskan” dari 8 yang saya tonton itu adalah Start Up. Ini murni dari segi cerita aja sih, udah happy ending dan ga ada yang maksa ataupun aneh, menurut saya.

Bicara tentang happy ending dan “ga ada yang alur yang maksa atau aneh”, pasti udah bisa nebak dong, saya tim siapa dari yang kemaren2 ribut di medsos?

Ji Pyeong vs Do San

Bukan karna pemainnya ya, walau saya pernah ngefans Nam Joo Hyuk jaman main Scarlet Heart Ryeo dan Weightlifting Fairy Kim Bok Joo. Enggak, saya udah jatuh hati sama si Nam Do San sejak Episode 2 (pas Do San mutusin buat dateng ke pesta relasi buat nyelamatin harga diri Dal Mi). Walau dari awal sampe episode 14, saya ngerasa ga sreg aja Do San diperanin sama Joo Hyuk. Dalam preferensi pribadi saya, Joo Hyuk pantesnya mainin karakter flirty, iseng, jahil, macam di 2 series yang saya sebutin sebelumnya, bukan yang macam Do San ini. Baru di episode 14 saya merasa oh akhirnya blending juga Joo Hyuk meranin Do San ini.

Saking udah langsung naksir sama karakter Do San dari eps 2, saya jadi ga ngerti kenapa orang bisa oleng dan mikir bahwa Ji Pyeong “berhak” jadi first lead. Yah, di pikiran saya aja awalnya, tapi semalam akhirnya saya kayanya nemu aja dan bisa mengerti kenapa Ji Pyeong didukung jadi first lead dan pada ga rela Do San jadi first lead.

Kenapa?

Yuk mulai dulu yuk.

Inget drama2 jadul ini?

Princess Hours
Full House
Boys Before Flower
My Girl

Nah, dari drama2 itu, typical first malenya itu sama: judes/ galak, kasar, denial, atau punya masa lalu yang belum selesai dengan perempuan lain yang lebih keren dari si first female, sering bikin nangis first female, karna ada fluktuasi emosi (berantem, marahan, dll) makanya pas baik dan perhatian bikin berdebar2, walau kasar aslinya cinta, sayang, perhatian/ berkorban demi si perempuan tanpa ketahuan (awalnya) dan pasti akhirnya ketahuan semua pengorbanannya, termaafkan deh itu dibikin nangisnya, endingnya bucin banget ke si first female pula.

Sementara karakter second lead malenya juga tipenya: bucin dari awal ke first female, selalu baik, lembut, perhatian, selalu ada (masuk friendzone), tapi ga bisa bikin si perempuan berdebar2, fluktuasi emosinya ga ada sama si first female, bener2 sebatas bemper deh buat first female.

Nah, tipenya saya juga, setiap nonton yang cinta segiempat model begitu, saya selalu lebih milih dukung second leadnya XD Saya selalu kesel karena first female selalu memaafkan kekasaran first male dan mengabaikan second male. Selalu ngenes dan kasian liat orang baik disia2in tuh, wkwkwk… Dan mungkin juga, kalau saya, anti banget buat dikasarin lelaki, verbal non verbal (denial terhadap perasaan termasuk). Auto turn off. Skip aja, next. Wkwkwk..

Buat saya, ada 2 series yang penokohan karakter first male dan second malenya “mendobrak” stereotip dari series yang tenar sebelumnya dan akhirnya cukup bikin perpecahan pendukungnya, wkwk. Yaitu Reply 1988 (Taek vs Jung Hwan) dan Start Up (Do San vs Ji Pyeong) ini.

Reply 1988

Masih inget dong, cara bercandanya Jung Hwan yang sering ngebully Dok Sun, ngata2in jelek lah tapi kalo mau berangkat nungguin pake pura2 naliin sepatu zzzz.. Nah saya pas liat si Taek menjawab mantap dia suka Dok Sun tanpa ragu dan malu kepada teman2nya, udah fix saya dukung Taek. Nah sama juga di Start Up, pas adegan Do San dan Ji Pyeong ditanyain apa mereka suka sama Dal Mi, siapa yang mantap menjawab “iya, aku suka dia”?

Do you like her?

Jika ini adalah drama pada umumnya yang berpegang pada aturan main biasa, seharusnya ada banyak scene di mana Dal Mi “bertanya2” tentang Ji Pyeong, overthinking tentang arti2 gesture kebaikan Ji Pyeong padanya. Tapi enggak, Dal Mi bahkan ga mau repot2 membahas tentang Ji Pyeong pada Do San, malah tanya langsung sama Ji Pyeongnya. Beda ya sis, kalo di drama2 konvensional, first female nangis2in first male ke second male trus second malenya patah hati tapi tetep ga bisa move on hiks..

Yaa.. gitu deh. Saya ga nyalah2in atau ngebodoh2in siapa2 lho yaa, buat saya Ji Pyeong juga karakter yang oke kok, lovable surely, and deserve happiness too. Sama kakaknya Dal Mi, mungkin? 😀

Ya saya nulis ginian kenapa ya? Semoga enggak bikin ribut deh, wkwk.. Cuma agak gemes mungkin kebanyakan baca di socmed kalau liat perempuan2 curhat dikasari lelakinya tapi ga bisa move on dsb. Mungkin sedikit banyak dipengaruhi oleh banyaknya “jagoan” yang model tsundere ala first lead male jadul? Karena banyak yang memilih merasa berdebar2 dengan fluktuasi emosi dibanding disayang secara well-mannered?

Hmmm, kalau masih remaja ababil ya gapapa sih, monggo lah take your time to learn, paling ga nantinya jadi bisa set standar gimana baiknya seorang lelaki memperlakukan kamu. Tapi kalo bisa sedari muda udah punya standar dan set the bar high kan lebih baik lagi, meminimalisir drama dan trauma yang ga perlu, wkwkwk..

Nah, buat coba perluas referensi dan set the standar, coba deh baca buku atau nonton film, “He’s Just Not That Into You”. Both are really good to learn loh.

filmnya
bukunya

Enggak, tentu first lead male di drakor cinta kok sama first femalenya. Mereka bukan “jerk” yang diomongin di film dan buku ini, enggak. Apalagi Ji Pyeong dan Jung Hwan, woh tentu tidak. Mereka kan cuma terlambat nyadar perasaannya, terlambat bertindak tepat, gitu ya.. Dan kebetulan first femalenya ga “nunggu” dan ga memberi kesempatan jadi mereka ga bisa bersatu semacam drama korea jadul sebelumnya, jadi akhirnya kesalip yang biasanya jadi second lead male, deh..

Nah, daripada tulisan ini jadi tambah ngalor ngidul ga jelas, baiknya saya akhiri aja deh. Selamat nonton drakor2 lain, semoga semakin banyak cerita yang bisa kita ambil dan pelajari nilai2nya dan membuat kita lebih kaya akan rasa dan menjadi manusia yang lebih manusiawi.

Peace ya!

Cao!

Survey SD di Jaktim-Jakpus (Bag. 1)

Tolong maafkan judulnya yang clickbait banget.

Pagi ini, sebuah pesan masuk di WA saya.

“Astika.. kamu sudah menuangkan hasil survey SD ke blogmu kah? Temenku ada yang nanya, aku taunya XXX doang..”

Saya bilang enggak, pas survey SD ga sempet foto2 soalnya ga ada niat untuk bikin postingan di blog, wkwkwk. Tapi lalu senior saya ini bilang ga perlu foto2 gapapa, tapi opini saya ttg plus minus sekolah tersebut apa aja. Hmm… baiklah, siapa tau bisa bermanfaat buat buibu yang mau cari referensi sekolah buat anaknya, cuss lah.

Eh.. preambule lagi. Jadi, sejak awal november saya mendapati info tentang pendaftaran SD dan MI seliweran di media sosial saya. Kok bisa? Iya, saya udah cari dan follow akun2 sosmed SD inceran, walau ternyata ada juga yang salah akun. Gimana caranya cari SD inceran? Yang pertama buat saya sih lokasinya. Ini yang saya kunci duluan. Jadi saya cari dengan kata kunci SD Islam terdekat. Ada ketemu nama2nya di peta? Barulah dibuka ulasannya di mesin pencari. Bagi beberapa orang mungkin cara saya sangat ribet dan ah entahlah, saya tidak peduli. You do you. Saya punya prioritas dan pertimbangan sendiri, demikian pula orang lain.

Cara kedua, cari tahu akreditasinya. Karena saya mau memasukkan anak saya sekolah di SD Swasta, akreditasi menjadi penting buat saya. Lagi, ini bisa jadi tidak penting buat orang lain, silakan saja. Jadi saya berselancar di dunia maya, mencari akreditasi dari masing-masing sekolah yang sudah terkunci lokasinya.

Ke mana mencari akreditasi? ke http://bansm.kemdikbud.go.id/akreditasi ya. Masukkan lokasi, jenjang pendidikan, nilai akreditasi apa yang dimau. Bisa keluar daftarnya, mempersempit pilihan.

tampilan situs banpt

Sudah dapat akreditasinya? Sambil menyelam minum air, saya juga mencari review sekolah2 tersebut, di forum2, di blog orang, dari cerita senior, dst, dst. Perjalanan mencari SD ini sudah saya mulai sejak saya mencari TK untuk DD, jadi sejak 2018an lah. Beberapa sudah saya kontak tentang biaya2nya sejak Dd masuk TK A, sekedar untuk mencari bayangan kira2 pas tahun Dd masuk sekolah, saya harus persiapkan berapa. Beberapa sudah saya kunjungi juga secara langsung sejak tahun lalu, supaya PR saya mencari sekolah tidak bertumpuk di tahun pendaftaran persis.

So, here we go.

  1. SD Islam Al Mubarok (Rawasari, Jakarta Pusat)

SD Al Mubarok menjadi SD pertama yang kami kunjungi, sekitar tahun lalu. Karena lokasinya di peta terbilang dekat rumah, dan secara harga, dia termasuk lebih terjangkau. Situsnya bisa dilihat di https://sditalmubarak.sch.id/

Pas saya kunjungi, mereka sedang mempersiapkan penilaian akreditasi (masih B) tetapi di tahun ini sudah A.

oh, biar gampang pakai format aja kali ya hasil surveynya.

Pros:

Cons:

  • jalan masuknya sempit, ga masuk mobil tp cuma gang. Kebayang kalo antar jemput anak bakal desek2an dengan arus pelajar yang banyak, meskipun cuma pakai motor.
  • ada info kalau ga dari TKnya, bakal susah masuk.

Tentang SDIT Al Mubarak ini ga saya lanjutin cari tahu lagi di tahun ini, karena agak ga sreg dengan akses ke sekolahnya. Tapi ya ini sekedar info aja sih, buat tambahan referensi.

2. SD KIS (Kaffah Islamic School, Senen, Jakpus)

Saya juga cek lokasi SD ini tahun 2019an mungkin. Ini sekolah baru, padahal. Tapi saya minat aja lihatnya. Too bad, kayanya penerimaan untuk tahun ini sudah berakhir tgl 27 November kemarin. Tapi coba dikontak aja sih, siapa tahu ada kuota tambahan.

Pros:

  • bangunan dan fasilitas terlihat OK
  • kurikulum dan visi misi OK
  • biaya terjangkau (di tahun 2019 SPP sekitar 500k, uang pangkal <10jt an)
  • ekskul OK (ada panahan juga)

Cons:

  • belum akreditasi karena belum ada lulusan. Hiks, ini sedih sekali. Tapi kalau anda percaya pada kualitas pengajar dan sarprasnya ya silakan, karena memang untuk sekolah baru, kendala mendapat akreditasi adalah dibutuhkannya lulusan. Tahun kemarin sudah sampai angkatan ke-4 kalau tidak salah, jadi misal diurus, tahun depan sudah bisa dapat akreditasi.
  • akses ke sekolah agak susah. Meskipun diklaim dekat dari jalan Pramuka, jujur saya dan suami sampai berkali2 nyasar, pas nyari sendiri. Setelah kontak via wa dengan admin sekolahnya, dikasih ancer2 masuk dari gang murtadho, baru deh ketemu. Itupun nanya sama warga sekitar, dan mereka ga tau kalau nyebut Kaffah Islamic School, taunya “KIS” udah.

Di tahun ini juga saya ga mencari tahu tentang sekolah ini, karena ya tentang akreditasi dan akses ini.

3. SD Perguruan Cikini/ SD Percik (Menteng, Jakarta Pusat)

SD legendaris ini ya, konon banyak musisi dan selebritis bersekolah di sini dulunya. Bukan SD Islam, tapi terus terang saya tergiur dengan ekskulnya, huhuhu.. Informasi saya dapat sebatas dari lewat sekolahnya saja pas pulang kantor, lihat gedungnya dari luar, dan lihat2 situsnya. Dulu sih ada info biayanya juga di situsnya.

Situsnya: http://percik-school.com/, https://www.facebook.com/sd.percik, https://www.instagram.com/sdpercikjakarta/

Pros:

  • ekskul OK banget
  • biaya relatif terjangkau (uang pangkal <15jt, uang kegiatan tahunan <5jt, spp <1,5jt)
  • fasilitas OK (ruangan, lab, kantin, antar jemput, lihat di situsnya aja sih ini, wkwk)

Cons:

  • kurikulum nasional, bukan religius. Ini preferensi saya, misal buibu ada yang milih kurikulum nasional maka ini jadi pro, bukan con.
  • ga searah kantor untuk antar jemput.

kalau dilihat, kontranya personal sekali sifatnya ya. Ini jadi semakin meyakinkan bahwa preferensi, prioritas, dan pertimbangan orang bisa sangat beda, dan itu tidak apa2.

4. SD Muhammadiyah 1/ SD Mutu Jakarta (Kemayoran, Jakarta Pusat)

Ini SD saya baru tahu November kemaren, huhu. Pas udah mulai desperate, eh nemu info SD ini.

situs: https://www.instagram.com/sdmutujakarta/,

https://www.facebook.com/SD-Muhammadiyah-1-Jakarta-1528429060796478/, https://www.youtube.com/c/sdmuhammadiyah1jakarta

Pros:

  • akreditasi A
  • biaya terjangkau (uang pangkal 8jt, spp 600an, uang tahunan 2jtan)
  • fasilitas lumayan (antar jemput, katering)

Cons:

  • lokasi dan akses. Dia di dekat rel dan stasiun kemayoran, lingkungan dan lalu lintas padat, musti puter balik agak jauh, dan memang jauh dari rumah (7++ km, kasian Dd capek di jalan)
  • sarpras. Kalau kelas dan kursi meja sih di instagramnya keliatan modern, tapi untuk bangunan dan halaman agak “berumur”. Yah ini masih bisa direnov sih, kapan2.
  • ekskul. Ekskul yang ditawarkan cenderung serius dan kurang unsur “fun” nya buat saya.

5. MI Istiqlal Jakarta

Situs: https://www.web.mij.sch.id/, https://www.youtube.com/channel/UCtqBe-ZogLpr7LobVwTCwMA

Setiap hari berangkat kerja ngelewatin ini, ya gimana ga kepengen Dd sekolah di sini? Meskipun keinginan terpendam itu ya dipendem aja sih, ga berani soalnya denger2 uang sekolahnya mihil sikili, huhuhu menangis. Tapi, karna lihat postingan di instagram the urban mama https://www.instagram.com/the_urbanmama/ (cek di highlite Jakpus) di situ ada info biaya uang pangkal yang rasa2nya masih bisa diusahakan, kami jadi coba deh daftar.

Jadi udah daftar PPDBnya (bisa dicek di situsnya), ikut grup WAnya, sempat ikut openhousenya walau ga sampe selesai, tinggal tunggu seleksinya nanti tanggal 21 Desember.

Pros:

  • MI Istiqlal. Masjid terbesar se-Asia Tenggara. hhh udahlah apalagi yang kau ragukan
  • searah dengan kantor, mudah antar jemput

Cons:

  • klasik. Biaya. Bisa sih, diusahakan, tapi sejauh info yg saya terima, masih ada komponen biaya yang saya belum tau besarannya (uang komite madrasah), dan itu agak bikin kuatir kira2 sebesar apa dan sebisa apa kami menambahkan komponen itu ke anggaran tahunan kami.
  • meskipun searah, sebenernya ya lumayan jauh buat Dd. 7,6 km, tapi ya bisa diusahakan lagi nanti.

Jadi meskipun ada kontranya, masih bisa kami kompromikan sih. Makanya berani coba daftar. Sebetulnya Dd juga udah daftar di SD Islam lain sih, udah tes masuk, udah dinyatakan diterima malah di minggu ini. Tinggal daftar ulang, hehe. Tapi masih ada penasaran ke MI istiqlal ini, tapi ya entahlah. Maafkan kalau tidak membantu dan malah nambahin galau, wkwkwk.

Setelah dilihat lagi, meskipun judulnya Jaktim-Jakpus tapi sepertinya bagian 1 ini saya khususkan untuk yang Jakpus dulu ya. Untuk Jaktimnya (sekitaran matraman-rawamangun-pulomas) menyusul di postingan berikutnya.

Semoga bermanfaat!

KUBARO (Kursus Bahasa Arab Online)

Berawal dari chit chat saya dengan senior yang resign dari kantor lalu saya tanya kegiatan setelah resignnya apa. Kuliah lagi ternyata, jurusan Bahasa Arab dan Ilmu Syar’i. Sayanya langsung wawawawa takjub dan ikut seneng buat mbaknya. Ya seneng aja, gatau kenapa wkwkwk. Mungkin ikut seneng denger orang lain seneng, ya daripada seneng liat orang lain susah ye kan..

Lalu, saya yang waktu itu juga kebetulan lagi semangat2nya (lagi) main Duolingo, akhirnya secara impulsif menambahkan satu bahasa ke Duolingo saya. Bahasa Arab.

Baca juga: Belajar Bahasa dengan Duolingo

Awalnya, saya agak segan mau belajar bahasa Arab. Pas di kampus pernah padahal ikutan ekskul bahasa Arab (Al Lughoh kalo ga salah inget namanya). Tapi baru pertemuan pertama dikasih halaman kosakata yang harus diapalin, besok2nya udah ga masuk lagi, wkwkwk. Emang pemalas akut jaman dulu itu, ya sekarang juga sih aslinya.

Pas belajar di Duolingo, langsung bisa cepet naik level karena di Duolingo juga diawali sama pengenalan aksaranya. Sementara kalo orang Islam di Indonesia, produk TPA, ya kalo baca huruf hijaiyah kan udah khatamlah ya. Jadi ya paling yang jadi tantangan adalah belajar kosa kata baru dan pembentukan kalimat aja.

Lalu mungkin emang Tuhan ingin saya jadi orang yang lebih bener lagi, lewatlah iklan Kursus Bahasa Arab di wa status, dari temen. Dan saya gercep tanya2 ke temen saya itu. Situasinya, saat itu awal2 pandemi. Jadi di iklannya dibilang kursusnya bisa dilaksanakan secara online. Sebagai kaum rumahan, ya angin segar banget ya, bisa kursus bahasa dari rumah aja. Ngobrol2 sama suami, akhirnya saya memutuskan daftar kursusnya.

Jadi gimana, kursus onlinenya?

Hmmm, jadi gini…

Saya dapat jadwal kursus di hari Minggu, jam 16.30. Sebetulnya offline (datang ke masjid), tapi karena pandemi, ustadznya buka zoom juga. Tapi, walaupun udah online pun, saya masih males masuk. Zzzzzzz bangetlah saya ini. Yang masih saya usahakan adalah ngerjain PR (tulis dan hafalan).

Nah ini jadi masalah lagi, karena, gimana bisa ngerjain PR tulis, kalau kelasnya aja bolos? Hafalan kosakata yaudahlah tinggal hafalin sama setor aja via wa, tapi ngerjain PRnya? “grammar”nya bahasa Arab aja saya gatau aturannya, di Duolingo cuma nebak kata doang istilahnya, ga ada disuruh bikin kalimat. Maka saya kalo pas masanya ngerjain PR, udahlah stres dan frustasi sendiri. Nyalah2in diri sendiri, ngapain sok iye ikut kursus segala, kenapa males banget buat masuk kelas, kenapa masih mau ngerjain tugas, kenapa ga keluar aja sekalian? Saya sebelum ngerjain PR sering japri ustadznya nanya ini tugasnya disuruh ngapain, alhamdulillah ustadznya baik dan sabar banget ngadepin emak2 banyak tanya dan selalu bolos ini.

Herannya, saya bertahan sampai pelajaran ke-10. Sampai akhirnya saya keluar dari kelas itu, itupun karena disuruh pindah kelas. Soalnya masjidnya akhirnya membagi kelas, yang nantinya bakal dan musti offline dan yang tetep online sampe akhir. Jadi saya memulai dari awal lagi, di kelas khusus online.

Nah di kelas baru, saya ga mau mengulangi kesalahan yang sama. Apalagi pas cerita2 sama teman lama, dia ternyata beberapa kali ikut kursus bahasa Arab di tempat2 yang berbeda, dan selalu sama hasilnya: DO di semester I. Pas saya tanya kenapa kok bisa sampai ke-DO 3 kali di lembaga yang beda2, katanya rata2 karna dia ga pernah setor tugas. Oh, agak kebalikan ya, karna saya bolos mulu tapi masih setor tugas (walo sambil stres2 dan frustasi2). Yasudah, akhirnya setelah cerita2 itu malah tumbuh harapan pada diri saya sendiri, yok bisa yok, insya Allah.

Lalu, mulailah saya ikut Kubaro ini. Dapat jadwal kelas di hari Sabtu jam 4 sore. Pakai zoom tapi wajib matiin video (senangnya!). Saya usahakan sekali datang di pertemuan pertama. Dan karena saya sudah pernah setor tugas hafalan sampai pelajaran ke-10, ya materi di pertemuan pertama saya ga terlalu banyak blank lagi. Kosakata sudah ada bekal, tinggal tata bahasanya saja. Saya menyelesaikan kelas pertama dengan perasaan puas.

Ternyata gini ya, dapat ilmu baru. Nyenengin. Banget. Saya merasa kantong-kantong keilmuan saya yang tadinya kosong melompong, terisi lagi, dengan harapan, dengan semangat, dengan pengetahuan baru. I feel inspired. Rasanya berbunga-bunga dan utuh. Content. Happy. Terbang ngawang2. Senaaaaang.

Sampai waktunya ngerjain tugas tulis lagi.

Zzzzzzzz. Stres lagi, frustasi lagi, nyalahin diri sendiri lagi. Kapokmu kapan.

Astagaaaa.

Selesai kelas yang rasanya memabukkan itu, beda banget sama saatnya deadline ngerjain tugas. Yang dipelajari di kelas, biasalah, a-d, dan lalu PR itu e-z. This is the kind of love-hate relationship between me and arabic language.

Jadi, tiap Sabtu saya akan merasa content lagi, happy lagi, inspired lagi, semangat lagi dan ga mau menyerah, karena, rasanya saya bisa kok, bahasa Arab ini. Saya senang kok, senang bangeeeet nget nget nget. Tapi di hari Rabu, saya stres dan frustasi dan marah2in diri sendiri. Di sisi lain belajar di Sabtu itu rasanya sangat candu, di sisi lain, nugas di Rabu itu, rasanya seperti sakawnya. Nyiksa.

Anyhow, tanpa diitung2, karna pasti saya sadar, tau2 udah pelajaran terakhir dari semester 1 ini. Belum final, karena baru 2 minggu lagi saya ujian. Bisa masuk full tanpa bolos (walo pernah ijin betul2 karena darurat) aja udah prestasi lah buat saya yang mageran ini. Mudah2an bisa ujian dan hasilnya memuaskan. Memuaskan buat saya aja udah cukup, ga harus mumtaz buat ustadznya. Target saya minimalis, asal lulus dan bisa lanjut ke semester 2 tanpa mengulang. Perjalanan masih panjang, karena ada 8 semester buat belajar bahasa Arab ini. Gapapa, satu2 dulu diselesaikan. Pelan2, ambil napas. Liat pemandangan kiri kanan.

Semoga Allah meridhoi.

Doakan saya lulus ya!

PS: Kalau mau ikutan, Kubaro buka kelas lagi (batch 2) untuk semester baru mulai Januari 2021 nanti. Kalau berminat dan mau ikutan, hubungi Contact Personnya (nomor WA: 081380019750) aja. Mungkin kamu akan mengalami love-hate relationship seperti saya, tapi dicoba aja, seru kok kaya naik bebek2an, wkwkwk.

source: abttangerang

Salam!

FLUTD (Kencing Berdarah pada Kucing)

Halo!

Long time no see, ya. Sekalinya nulis lagi tentang ginian, duh sedih.

Jadi, sekitar 2 minggu terakhir ini, Alfa entah kenapa keliatan lesu dan surem gitu tampangnya. Sedih bgt kaya kakek2 mana gerakannya lemah gitulah. Padahal biasanya dia kan jagoan ya, grumpy, kadang polos innocent gitu juga bikin pengen nguyel2 kan. Kami ngeh bahwa dia ga enak badan, tapi ga ngerti sakitnya apa. Makan masih mau, ngeong juga iya, cuma ya itu, lesu dan klentrak-klentruk.

Setelah sekitar 3 harian dengan gejala lesu itu, saya coba kasih madu campur makanan basahnya. Masih semangat makan sih dia, dan badannya ga selesu itu lagi. Yaudahlah ya, kirain udah mulai sembuh dan enakan lagi. Tapi yang kami notice lagi, adalah bahwa dia sering ke litterboxnya tapi ga keluar pup atau pip. Jadi ngeden aja ga ngapa2in. Pikir kami, sembelit. Mungkin karena makannya baru ganti. Makanya pas dikasih madu + makanan basah dia udah bisa pup lagi ya dipikir amanlah. Oh, dan pipnya smells strong, beugh.

Kondisinya masih seperti itu sampai suami mendapati bahwa Alfa ngompol. What? Ngompol, udah gede gitu? Kenapa ya? Hmmm… tetep pikir kami ada yg salah, cuma ya karna kesibukan di akhir tahun dan suami pergi dinas mulu, jadi beneran saya doang yg ngurus kucing di hari kerja, pikiran saya sebatas rutinin kasih madu+makanan basah aja udah.

Sampai suatu pagi, saya mendapati pipis Alfa berwarna coklat gelap. Di luar litterboxnya. Horrornya berlanjut dengan saya nemu darah di pipisnya. Oh no.. (nangis). Enggak, saya ga nangis, kuatir banget aja. Sambil ngepel2in lantai pakai karbol. Jadi ini toh, momoknya punya piaraan kucing, selain kena virus. Trus mikir2, makanan yang mana yang bikin ginjal Alfa bermasalah? Karena sebelum ganti yang terakhir (baru 3 hari dimakan), ya selama ini makan yang biasa2 aja. Apa karena umur? Alfa baru 2 th lebih, belum tua buat punya macam2 penyakit karna umur. Kenapa? What did I do wrong?

Akhirnya mutusin buat segera ganti makannya. Cari2 tau, yang direkomendasikan utk kucing dengan pipis berdarah itu RC Urinary S/O. Ini buat pengobatan tercepat, selanjutnya barulah yang RC urinary care. Oke, segera cari di toko online, beli yang 400gr. Makanan basah + madu tetep dikasih pas malam.

Sekitar 5 harian mengkonsumsi RC Urinary S/O, beneran pipnya membaik. Udah ga selemah dan selesu awal sakit. Masih ngompol kadang2, tapi udah jauh berkurang dibanding sebelumnya. Darah juga berangsur-angsur ilang, pipisnya udah ga merah-coklat lagi, udah mulai normal. Selama konsumsi RC itu, Alfa juga 2 kali dibawa suami ke dokter hewan tapi ndilalah tutup melulu, huhuhu. Jadi beneran usaha saya cuma lewat makanan sama sering2 isi tempat minumnya aja.

RC udah mulai habis, sambil cari2 referensi dapatlah makanan yang diklaim setara RC Urinary S/O tapi dengan harga jauh lebih murah. FYI, RC Urinary S/O itu 80k/400gr yang habis dikonsumsi dalam 5 hari, tapi Happy Cat Struvit seharga 120k/1,2 kg, harusnya bisa 2,5 kali RC untuk jangka waktunya. Yah, belum terbukti di Alfa sih, soalnya alhamdulillah wiken kemaren udah bisa dibawa ke dokter hewan. Pas diperiksa, diagnosis dokternya sih kencing berdarahnya karenaaa… birahi. Zzzzzzzzz….

Pengen kawin ternyata si Alfa, koceng oreen.

Padahal pas sakit dan pipisnya berdarah itu, sempet saya kurung berdua sama Luna loh di kamar mandi, biar bisa kawin. Karena walo pipisnya berdarah2, tapi dia semangat ngendus2 Luna pas saya keluarin dari kandang. Dan pas Luna mau saya masukin kandang, ditarik dong Lunanya, ga dibolehin masuk kandang. Jadi yaudah berdua saya kumpulin itu mereka, tapi kayanya kok ya belum sukses kawinnya. Alfa masih perjaka yang belum bisa kawin, hahahaha kasian amat naaak… doh ngenes banget asli Alfa, udah berapa kali ditontonin video kucing kawin padahal dari Yout*be.

Pantes setelah pipisnya ga berdarah lagi, bulunya rontok parah, parah banget bulu terbang di mana2.

Jadi ya gitu, setelah diperiksa, Alfa masuk ke tahap infeksi ringan jadi ga perlu pake kateter. Tapi mungkin perlu dipakein cone di lehernya biar ga terlalu sering jilatin testisnya, bisa infeksi nanti. Saran dokternya sih, kalo udah sehat mending disteril, tapi suami masih belum tega karna Alfa belum pernah kawin dengan bener masa udah mau steril aja. Kalo saya mah yang penting sembuh dulu, sehat dulu, biar bisa jadi jagoan lagi.

Oh iya, ini ringkasannya ya, tanda2 kucing kamu kena FLUTD:

  1. lesu/ ga bergairah
  2. sering ngeden di litterbox tapi ga keluar apa2
  3. lama dia akan kencing sembarangan, karena pergi ke litterbox terlalu menyakitkan
  4. saat spraying, dia pipis vertikal. tapi saat FLUTD, dia pipis ke bawah
  5. pipis berbau kuat, sangat kuat.
  6. urine berwarna gelap, coklat, lalu akhirnya darah.

Nah, secara ringkas sih untuk meringankan gejala (sebelum dibawa ke dokter hewan untuk penegakan diagnosis):

  1. beri makan basah + madu
  2. sering2 beri air putih, dicekokin kalo perlu
  3. sering2 bersihkan lokasi kucing pipis, supaya tidak ada kuman/bakteri
  4. pakaikan cone/ collar di leher agar tidak sering2 menjilat kelaminnya
  5. ganti makanan dengan RC Urinary S/O (sorry sebut merk, tapi ini karna memang efektif dan direkomendasikan juga oleh dokter hewan sebagai makanan kering tunggal, setidaknya sebulan pertama).
  6. bawa ke dokter hewan. Periksa. FLUTD banyak penyebabnya, entah infeksi oleh bakteri, birahi, batu ginjal, atau bahkan stress, dsb. Dokter yang akan menganalisis penyebabnya dan memberi resep obat terbaik, entah antibiotik untuk infeksinya, pemasangan kateter untuk mempermudah pipis, penyedotan pipis, atau bahkan bedah untuk pembuangan batu ginjal. Jangan sok tau karena FLUTD ini kalau tidak ditangani serius bisa menyebabkan kematian T_T
  7. udah periksa? tebus obatnya. kasihin ke kucingnya. Do your best.

Semoga kucing kita sehat semua ❤

Bonus: foto2 Alfa pas diperiksa

Doakan Alfa cepat sembuh ya!

Tentang Memilih Homeschooling (2)

Halo!

Pas liat kalender udah 31 aja dan ternyata saya ga ada nulis apapun di blog ini selama Agustus. Padahal mah udah pernah nulis sampe 900++ kata tapi pas mau dipost ilang trus ga mood lagi, yaudah deh.

Jadi, udah sebulan lebih nih ceritanya si Dd menjalani HS, gimana kesan2nya? Sesuai janji saya di postingan Tentang Memilih Homeschooling (1) saya mau nulis kan gimana2nya setelah menjalani.

Cerita aja deh ya.

Jadi, secara umum ya ga jauh beda sama SFH kemaren setelah pandemi. Sekolah memberi tugas, orangtua membimbing, anak yang menjalankan. Kegiatan belajar di rumah murni ga ada di sekolah sama sekali. Pertemuan online dengan aplikasi. Perbedaan yang menonjol ya karakteristik masing2 lembaga pendidikan itu beda. Udah, itu aja. Karena perbedaan karakteristik lembaganya, maka beda arah dan kurikulumnya, sesuai visi misi masing2. Teknis, sama aja. Detail, beda tergantung teknisnya.

Slide1

Slide2

Slide3

Slide4

Muahahaha, maapin kalo tabelnya acak adut ya. Saya coba semampu dan sesempet saya biar semua poin bisa masuk di satu postingan.

Jadi, tuntas ya janji saya buat bikin postingan tentang HS ini? Kalo mau tanya2 boleh japri saya, ada kontak lewat email.

Yah, sekarang tentang TK selama pandemi udah ada solusi, trus nanti gimana pas SD? mau lanjut di PKBM ini atau memberanikan diri daftar ke sekolah biasa?

Belum tau. Biar Allah yang tunjukkan.

Salam,

Ast ❤